Semarang, DKPP – “Tema pemuda dan
kepemimpinan adalah dua hal yang sangat serius dan selalu dibicarakan sejak
jaman saya masih menjadi mahasiswa. Satu hal yang perlu saya
sampaikan, dulu saya juga aktivis yang aktif sekali dan sekarang ini tidak
terasa waktu berjalan saya sudah tua ternyata,†demikian Prof. Jimly paparkan
di depan peserta Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Youth Intellectual
Conference and Woman National Conference 2015 (YICWNC), Minggu 11/10 di
Semarang.
Seminar yang
diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan dalam rangka Dies Natalis
Universtitas Diponegoro ke-58 ini menghadirkan narasumber lain yaitu dan Dr.Hamdan
Zoelva, S.H., M.H dan Prabowo Subianto. Seminar bertempat di Gedung Pascasarjana
Prof. Sumarman ini dihadiri oleh
mahasiswa, masyarakat umum, Perempuan mahardhika dam Lembaga Ekskutif Mahasiswa
Hukum Indonesia (LEM HI).
Prof. Jimly
berbagi pengalaman kepada mahasiswa. Dia menyampaikan bahwa waktu berjalan
sangatlah cepat jadi mahasiswa jangan menyia-nyiakan waktu. Semua orang punya waktu
24 jam sehari tapi kualitas 24 jam sehari itu berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lain.
Mantan Ketua MK RI
ini mencontohkan satu menit Obama dan satu menit Jokowi berbeda dengan satu
menitnya tukang becak, kualitas quality
timenya itu berbeda. Karena itu tergantung pada kehendak diri masing-masing
untuk memanfaatkan dengan maksimum waktu yang kita miliki 24 jam itu, tergantung
bagaimana kita memberi makna pada kuali.
“Ada yang namanya historical jumption in the history yaitu menit-menit tertentu yg
menyebabkan lompatan sejarah dalam sejarah hidup orang dan begitu juga dalam
sejarah hidup bangsa. Jadi kita sebaiknya memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan
sedapat mungkin kualitas hidup kita tingkatkan terus menerus supaya tidak
menyesal nanti,†kata Jimly.
“Saya ini umurnya
belum 60 tahun, dengan kesibukan
saya sebagai guru besar saya sudah menulis 45 buku, tidak semua guru besar menulis buku.
Nah itu tadi tergantung diri sendiri untuk memanfaatkan waktu dengan tepat tidak,â€
lanjut dia.
“Sekarang ini kriteria
pemuda sudah berubah. Menurut kriteria UNICEF umur 65 blm tua. Aging
societies di mana-mana makin banyak. Di Jepang itu makin tua penduduknya
sehingga orang mengatakan Indonesia sekarang menghadapi namanya bonus
demografi. 15 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia bertambah dan rata-rata
penduduk kita ini muda-muda. Jadi kita sedang berada di dalam suatu era
memiliki bonus demografi yaitu suatu bangsa yang mempunyai penduduk mayoritas sedang
produktif,†ungkap Jimly [Diah Widyawati_1]