Jakarta, DKPP- Penyelenggaraan Pemilukada 2015 menjadi momen
penting bagi proses demokrasi di
Indonesia. Tidak ingin pengalaman Pemilukada 2015 berlalu begitu saja,
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) mencatatnya dalam bentuk buku.
Penyusunan buku telah dimulai sejak Februari 2016 dan saat
ini telah masuk tahap finalisasi. Menurut Anggota DKPP Saut Hamonangan Sirait,
buku ini ditulis oleh DKPP dan anggota Tim Pemeriksa Daerah (TPD) DKPP dari 32 provinsi
yang daerahnya ada Pemilukada pada 2015. Anggota TPD sendiri unsurnya berasal
dari KPU Provinsi, Bawaslu Provinsi, dan tokoh masyarakat.
“Buku ini diharapkan dapat menjadi semacam peta atas
penyelenggaraan Pemilukada 2015,†terang Saut dalam Rapat Koordinasi (Rakor)
bersama para penulis buku ini di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Rabu (18/5).
Saut menambahkan, buku ini kalau dikerjakan dengan serius
akan menjadi karya yang berguna bagi Indonesia. Setidaknya ada tiga perspektif
dalam isi buku tersebut. Pertama, perspektif penyelenggaraan yang ditulis
oleh komisoner KPU Provinsi. Kedua, perspektif pengawasan yang ditulis oleh
pimpinan Bawaslu Provinsi. Ketiga, perspektif kode etik yang ditulis oleh DKPP.
“Kami juga meminta Anggota TPD DKPP unsur tokoh masyarakat
dari 32 provinsi itu untuk memberikan analisis terkait Pemilukada di
daerahnya,†ujar Saut.
Ketua DKPP Prof Jimly Asshiddiqie yang hadir di acara
tersebut menyambut gembira atas penyusunan buku ini. Pengalaman para penulis
dalam menyelenggarakan Pemilukada 2015 harus disebarluaskan ke masyarakat.
Pengalaman, kata Prof Jimly, bukan hanya soal keberhasilan. Problem-problem
yang dihadapi dan solusi-solusi yang telah diambil pun akan sangat penting
untuk disebarkan ke masyarakat.
“Pemilukada serentak 2015 adalah yang pertama dalam sejarah
Indonesia. Semua pengalamannya bisa menjadi pelajaran bagi Pemilukada
selanjutnya,†terang Prof Jimly.
Acara Rakor ini akan berlangsung selama tiga hari, mulai Rabu
sampai dengan Jumat (18-20/5). Prof Jimly Asshiddiqie yang membuka acara
didampingi oleh empat Anggota yakni Saut H Sirait, Prof Anna Erliyana, Ida
Budhiati, dan Endang Wihdatiningtyas. (Arif Syarwani).