Jakarta, DKPP – Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Prof. Teguh Prasetyo mengatakan, kontestasi Pilkada yang diadakan secara langsung melalui model one man one vote memang menjadi amanat konstitusi.
Namun, ia mengemukakan, sebaiknya model one man one vote tidak menjadikan pelaksanaan demokrasi Indonesia menjadi ruang hampa.
Hal ini disampaikan Teguh saat menjadi narasumber dalam kegiatan webinar bertema “Rapat Daring Sosialisasi Penyelesaian Sengketa Antar Peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2020” yang diadakan Bawaslu Provinsi Kalimantan Tengah, Rabu (28/10/2020).
“Boleh one man one vote tapi demokrasi jangan jadi ruang yang hampa. Ruang hampa ini kalau diisi capital dan liberal maka seperti sekarang,” katanya.
Teguh menjelaskan, pelaksanaan pemilihan langsung di tanah air, baik dalam pemilu nasional dan pemilihan kepala daerah, cenderung menekankan pada modal sehingga menimbulkan maraknya praktik politik uang.
Praktik ini, katanya, masih terjadi dalam Pilkada serentak 2020. Menurutnya, hal ini justru akan merusak demokrasi Indonesia karena kontestasi pemilihan pemimpin di tanah air justru diwarnai oleh kompetisi yang tidak sehat.
“Oleh sebab itu, dalam konsepsi pemilu dan pilkada bermartabat, saya me-reorientasi pikiran-pikiran itu menjadi nilai-nilai yang ada dalam Pancasila,” tutur Teguh.
Ia menambahkan, kontestasi pilkada harus tetap berpijak pada nilai-nilai Pancasila, bukan menyasar pada liberal yang menekankan pada kapital.
Sebagai sebuah negara berideologi, katanya, Pancasila harus menjadi dasar atau pijakan dalam setiap kegiatan negara, termasuk pemilu.
“Kalau kita lihat di Kuala Lumpur atau Abu Dhabi, ada gedung tinggi yang berdiri kokoh. Itu karena pijakannya juga kokoh. Nah pemilu dan pilkada ini juga harus kokoh pijakannya,” jelas Teguh.
Pemilu nasional atau Pilkada, harus berdasar pada sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa sebuah pilkada yang bermartabat akan memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia, bukan malah memecah belah anak bangsa.
“Apalagi hari ini hari sumpah pemuda, bersumpah satu yaitu bahasa, bangsa Indonesia. Inilah pijakan, harus dipegang kuat,” tutupnya. [Humas DKPP]