Jakarta, DKPP – Ketua
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Prof. Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa
sistem demokrasi itu jauh lebih ideal daripada sistem otoriter.
Dia menyampaikan demikian saat sesi tanya jawab Rule of Law Sebagai
Basis Penegakan Hukum dan Keadilan yang diselenggarakan Komisi
Yudisial di Jakarta, Rabu (28/10).
Ada salah seorang peserta yang
menyatakan bahwa Singapura dan Malaysia yang menganut sistem otoriter, tapi
kedua negara tersebut lebih maju. Sementara Indonesia yang menganut demokrasi
malah tertinggal. Disamping itu, sistem demokrasi itu membingungkan.
Jimly menerangkan, tidak bisa membandingkan dengan Singapura. Di negara Lew
Kuan Yeew itu populasi penduduknya lebih homogen. Di samping itu, secara
geografis, wilayahnya kecil. Sedangkan di Indonesia, sangat beragam, dari mulai
suku dan bahasa.
“Coba bayangkan, jumlah bahasa daerah di Indonesia berdasarkan penelitian
dari UNESCO ada 726 bahasa. Di dunia hanya di Indonesia yang memiliki kekayaan
keragaman bahasa. Secara geografis, Indonesia memiliki wilayah yang
sangat luas. Begitu juga penduduk Indonesia yang multi etnis. Sehingga,
Indonesia jauh lebih kompleks,†katanya.
Kondisi di Indonesia pun berbeda dengan Amerika. Sistem demokrasi di
Amerika seperti sekarang ini, setelah mengalami perjalanan berabad-abad. Penduduk di sana jauh lebih bisa mencair.
Berbeda dengan di Indonesia, sikap primordialitasnya masih kental.
“Demokrasi di Indonesia memang kompleks, akan tetapi jauh lebih baik
jika dibandingkan sistem otoriter. Sistem otoriter dalam suksesi sering
berdarah-darah. Dari otoritarianisme satu ke otoritairanisme sering terjadi
pertumpahan darah. Nah, sistem demokrasi, meminimalisir pertumpahan
darah dan dalam suksesi kepemimpinan lebih berkelanjutan. Sehingga sistem
demokrasi bagi Indonesia dalam jangka panjang jauh lebih bermanfaat. Jadi ngga
apa-apalah kita pusing-pusing sebentar,†tutupnya. [Teten Jamaludin]