Nusa Dua, DKPP- Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP),
Rabu (24/5), menggelar acara diseminasi (pemaparan) hasil penelitian etika
bersama tujuh lembaga yakni enam perguruan tinggi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Acara bertema “Diseminasi Hasil Penelitian dan Kajian Etika
Kerjasama DKPP dengan Perguruan Tinggi dan LIPIâ€, dilaksanakan di Hotel Grand
Aston, Nusa Dua, Bali.
Acara ini merupakan kerja sama DKPP dan tujuh lembaga
tersebut. Enam perguruan tinggi adalah Universitas Udayana Bali, Universitas
Indonesia Jakarta, Universitas Trisakti Jakarta, Universitas Terbuka,
Universitas Diponegoro Semarang, dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten.
Ketua DKPP Prof. Jimly Asshiddiqie dalam sambutannya menyebut
acara ini sebagai hal yang sangat penting. Dia berharap kerjasama dengan
perguruan tinggi terus menerus dilakukan. Etika kepemiluan dan etika secara
umum sudah seharusnya disebarluaskan ke masyarakat melalui perguruan tinggi.
“Apa yang kami lakukan selama lima tahun insya Allah sangat
banyak manfaatnya buat ilmu pengetahuan dan demokrasi. Perguruan tinggi sangat strategis
dalam penyebarluasan,†ungkapnya.
Prof. Jimly optimistis, gagasan tentang etika ini pada
saatnya akan diterima oleh masyarakat. Selama ini, menurutnya, etika masih
dianggap sebagai urusan privat dan belum dianggap sebagai kebutuhan untuk
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu, penyebarluasan tentang
pentingnya etika harus terus dilakukan.
“Suatu ide bisa saja berasal dari satu orang. Dia baru bisa berpengaruh
kalau sudah menjadi diskursus. Makanya perlu diseminasi seperti ini,†ujar dia.
Guru Besar Hukum Tata Negara UI ini berpandangan bahwa semua
kerja kita adalah ibarat buku yang dapat dibaca oleh siapa pun. Indonesia
dengan segala kompleksitasnya juga merupakan buku yang perlu dipelajari terus
menerus. Makanya, dalam setiap kesempatan yang bisa mempertemukan orang dari
berbagai daerah harus saling berbagi pengetahuan (sharing).
“Kita sedang membangun peradaban dari tahap ke tahap. Kita
bangsa terbesar keempat di dunia dari segi penduduk. Semua kerjaan kita pahami
sebagai buku. Mari menyumbang peradaban bagi bangsa dan negara,†tuturnya. [Arif
Syarwani]