Jakarta, DKPP – Anggota DKPP Nur Hidayat Sardini mengemukakan
bahwa pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014 di Indonesia tidak bisa lepas dari
beban nonelektoral. Beban tersebut tumpang tindih terhadap proses elektorasi
Pemilu Legislatif 2014.
“Contoh yang paling sederhana adalah orang atau calon pemilih sudah tidak
merasa malu lagi meminta sesuatu kepada peserta pemilu,†katanya dalam acara
Fokus Grup Diskusi di Nusantara I DPR, Senayan Jakarta, Kamis (7/8).
Sehingga pria yang akrab disapa NHS itu dapat menarik kesimpulan dari
fenomena itu. Dia merumuskan fenomena tersebut dengan sebuah gambar piramida.
Seorang peserta pemilu yang memperoleh suara banyak namun tidak
memiliki uang, suara-suaranya akan berkurang semakin ke atas. Berbeda dengan
seorang peserta pemilu yang memiliki suara sedikit tapi memiliki uang,
digambarkan dengan piramida terbalik. Suaranya, semakin ke atas perolehan
suaranya semakin banyak. “Ini merupakan rumusan saya berdasarkan fakta-fakta di
persidangan tentang vote manipulation di DKPP,†katanya.
Dosen FISIP Undip itu menambahkan, fenomena tersebut tidak bisa dibebankan kepada
Pemilu. Kondisi merosotnya daya beli juga bisa mempengaruhi terhadap permisiveness-nya money
politic dalam Pemilu kita. “Namun saya melihat fenomena ini
tidak terjadi pada Pemilu Presiden,†katanya. (ttm)