Bali, DKPP – Peran organisasi nonpemerintah
(Ornop) penggiat Pemilu semakin redup dalam mengawasi pelaksanaan tahapan
Pemilu. Bahkan Ornop semakin merapat dengan kekuasaan sehingga tidak ada daya
kritis.
Menurut Saut H. Sirait, Anggota DKPP,
peran Ornop penggiat Pemilu semakin redup hampir di seluruh swadaya penggiat
Pemilu. Tidak lagi semacam counter part atau mitra yang kritis.
“Saya tidak tahu kenapa. Malah lebih
banyak kerjasama dengan KPU, kerjasama dengan Bawaslu, kerjasama dengan DKPP. Sekarang NGO jadi berada di bawah bayang-bayang. Jadi tersubordinasi secara
tidak langsung. Nyaris sempurna menjadi bagian-bagian dari diri kita. Oleh
karena itu kita membangun pertanyaan, Quo Vadis Pemilu? Oleh kesadaran kita sendiri bertanya. Lebih
jauh lagi, Quo Vadis Demokrasi di Indonesia,†ujar Saut pada saat
pengarahan FGD Problematika, Evaluasi, dan Usulan Perbaikan Penyelenggaraan
Pemilu, di Bali Rabu (28/9).
Peserta
kegiatan ini sebanyak 30 orang. Mereka berasal dari KPU Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Maluku, dan Maluku Utara, dan Bawaslu Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Maluku. Kegiatan ini juga diikuti
KPU kabupaten/kota.
Mantan aktivis itu menambahkan, betapa
sedihnya dunia ketika kalangan akademis, kalangan intelektual, membiarkan
Pemilu hanya ditangani oleh orang-orang politik. Mengutip dari Gunawan Muhammad
dalam majalah Tempo, akibatnya daya rusak politik itu melampaui segala daya
rusak apapun. Bahkan melampaui daya rusak bencana alam. “Ketika seluruh
moralitas tergerus dari dalamnya. Dia
menjadi satu, mungkin seperti digambarkan Thomas Hobbes, Leviathan itu. Sebuah
raksasa yang bisa menelan siapa saja. Nah itu yang pertama,†ungkapnya. [teten
jamaludin]