Jakarta, DKPP – Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Ratna Dewi Pettalolo mengajak mahasiswa dan kaum muda untuk aktif berpartisipasi dalam menerapkan prinsip jujur, adil, dan berkualitas dalam Pemilu yang akan datang.
Hal ini disampaikannya dalam webinar bertema “Pemilu sebagai Pilar Demokrasi yang Membentuk Pola Masa Depan yang Adil dan berkelanjutan” yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Adiguna Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara, Sabtu (24/2/2024).
“Saya kira sudah waktunya pemuda pemudi turun berpartisipasi aktif dalam pemilu, bukan sekedar menggunakan hak pilihnya, tapi juga memastikan Pemilu berjalan dengan jujur dan adil,” kata perempuan yang akrab disapa Dewi ini.
Ia berpendapat, sebuah Pemilu yang jujur dan adil bukanlah tanggung jawab dari penyelenggara Pemilu saja, melainkan juga seluruh rakyat Indonesia, termasuk kelompok milenial dan generasi Z yang menjadi representasi kaum muda.
Terlebih dalam Pemilu 2024 suara dari milenial dan generasi Z mencapai 55 persen dari jumlah pemilih secara keseluruhan. Dengan jumlah tersebut, sangat disayangkan jika kaum muda hanya berperan sebagai pemilih dalam sebuah Pemilu.
Anggota Bawaslu periode 2017-2022 ini mengungkapkan empat peran yang bisa diemban pemuda dalam sebuah Pemilu, yaitu menjadi penyelenggara Pemilu, menjadi pengawas partisipatif, aktif memberikan informasi adanya dugaan pelanggaran pemilu, dan membentuk gerakan peduli pemilu adil dan jujur.
“Kita (kaum muda, red.) tidak bisa hanya duduk mendengarkan diskusi atau pemaparan. Kita harus terlibat secara aktif merajut benang demokrasi untuk kain masa depan,” terang Dewi.
Ia menambahkan, partisipasi aktif kaum muda sangatlah signifikan untuk memperkuat demokrasi. Pemilu sendiri merupakan simbol dan momen untuk menentukan masa depan sebuah negara demokrasi.
“Pemilu yang berkualitas, jujur, dan adil akan melahirkan penyelenggara negara yang berkualitas, jujur, dan adil. Kalau penyelenggara pemilu itu berkualitas, jujur dan adil, maka akan melahirkan pemerintahan yang berkualitas, jujur, dan adil. Kalau pemerintahan yang berkualitas, jujur dan adil maka akan memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat,” ungkap peraih penghargaan Pengawas Pemilu Terbaik Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009 ini.
Webinar ini dihadiri oleh hampir seratus mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi. Salah satu peserta yang berasal dari Universitas Singaperbangsa Karawang bernama Pipit mengisahkan pengalamannya dalam Pemilu 2024 di mana ia menjadi Pengawas TPS.
Dari kisahnya, diketahui bahwa masih ada petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang masih gagap menggunakan aplikasi Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) saat penghitungan suara.
“Saya kemarin menjadi Pengawas TPS, KPPS kurang begitu paham menggunakan Sirekap,” kata Pipit.
Mendengar hal ini, Dewi menjelaskan bahwa Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu hanya mengakui rekapitulasi suara secara manual. Artinya, Sirekap atau digitalisasi dalam penghitungan suara hanya bersifat alat bantu saja. Selain itu, Dewi juga berkata kepada Pipit, “Terima kasih sudah berpartisipasi aktif menjadi Pengawas TPS”. [Humas DKPP]