Pangkal Pinang, DKPP – Kontestasi Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2019 boleh keras, apalagi dalam masa kampanye yang baru berakhir hari Sabtu (13/4) kemarin. Namun semua pihak khususnya peserta pemilu harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.
Pendapat tersebut disampaikan Anggota DKPP RI, Prof.Teguh Prasetyo saat diskusi dengan kalangan media massa di Hotel SwissBell Pangkal Pinang, Bangka, Minggu (14/4) malam .
Dikatakan Prof. Teguh, stakeholder pemilu khususnya peserta pemilu harus menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan, prinsip ketuhanan, prinsip demokrasi dan prinsip persatuan dalam agenda pergantian kepemimpinan secara damai baik pilkada, pileg maupun pilpres.
“Kontestasi pergantian kepemimpinan boleh keras tetapi jangan sampai merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan karena perbedaan pilihan dalam pemilu, negara kita menjadi bubar,” kata Prof. Teguh dalam diskusi media.
Lebih lanjut Teguh mengingatkan, Negara Indonesia terbentuk bukan karena faktor kesamaan keturunan, kesamaan kesukuan seperti beberapa negara Eropa, melainkan karena komitmen semua komponen bangsa untuk bersatu yang diikrarkan dengan Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan .
“Kita sudah berpengalaman pemilu sejak 1955. Pemilu sudah menjadi hal yang biasa bagi kita sebenarnya. Jadi jangan sampai perbedaan pilihan memecah belah kita,” kata Prof. Teguh, penulis 34 buku ilmiah termasuk buku Filsafat Pemilu.
Kalau ada masalah dalam kepemiluan lanjut Prof. Teguh, sudah ada saluran resmi untuk menyalurkannya. Semua pihak diminta untuk menggunakan saluran yang sudah diatur undang-undang secara bijaksana.
Selanjutnya Prof. Teguh menyampaikan tugas dan fungsi DKPP dalam menjaga integritas dan martabat penyelenggara pemilu, jajaran KPU dan jajaran Bawaslu.
Diskusi DKPP RI dengan kalangan media melibatkan sedikitnya 17 perwakilan media nasional dan media lokal baik cetak maupun elektronik di Kota Pangkal Pinang. Diskusi dipandu tenaga ahli DKPP, Rahman Yassin dan dihadiri juga perwakilan Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Rumonang)