Surabaya, DKPP – Sebentar lagi Pilkada serentak 2020 akan dilaksanakan. Pilkada adalah ajang berkontestasi. Dalam prosesnya, tidak selalu pilkada berjalan normal. Dalam kontestasi misalnya, para kontestan akan melakukan berbagai cara, mulai yang kasar, halus atau sembunyi-sembunyi. Berbagai manuver dilakukan. Demikian, Anggota DKPP Prof. Teguh Prasetyo dalam arahannya kepada peserta ‘Bimbingan Teknis Tim Pemeriksa Daerah (Bimtek TPD) Regional II, di Surabaya, 22-24 Oktober 2020. Prof. Teguh memberikan pengarahan dari Nusa Dua, Bali secara virtual.
“Dalam ruang demokrasi ‘One Man One Vote’ yang bernuansa kapital dan liberal, di tengah-tengah yang sulit itulah DKPP mendapat misi bagaimana menjalankan etika dalam proses demokrasi yang bermartabat yang terus dikumandangkan di seluruh wilayah Indonesia,” kata Prof. Teguh.
Sebagai lembaga yang konsisten menjaga marwah etik penyelenggara pemilu, maka harus mendasarkan dirinya pada pijakan. Pijakan nilai inilah yang mendorong Prof. Teguh, penulis 38 buku ini membuat buku tentang ‘Filsafat Pemilu Untuk Pemilu Bermartabat’.
“Filsafat pemilu ini dipandang perlu ke depan, bahkan ide ini telah masuk ke dalam mata kuliah program doktor di beberapa fakultas hukum. Gaung-gaung pikiran etik telah dikembangkan, telah kita mantapkan, telah kita sadarkan sehingga ada gerakan untuk penyadaran etik dalam konteks ini adalah penyelenggara Pemilu. Untuk itu saya menyambut senang sekali bisa menyapa dari kawasan Nusa Dua Bali,” ujarnya.
Prof. Teguh berpendapat bahwa etik ini harus ditanamkan bagi penyelenggara pemilu. Bahkan tidak hanya sekadar ditanamkan, tapi diinternalisasikan. Melalui gerakan penyadaran etik ,adengan demikian ada pijakan.
“Meskipun digoda tetapi jika punya pijakan atau landasan yaitu etika penyelenggara pemilu maka penyelenggara bertahan dari godaan,” pungkasnya. [Humas DKPP]