Rantepao, DKPP – Plt. Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Prof. Muhammad hadir dan memberikan sambutan dalam acara “Launching Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Toraja Utara Tahun 2020”. Acara digelar Sabtu 29/02/2020, di pelataran objek wisata ‘Kete Kesu’, Kec. Kesu Kab. Toraja Utara. Peserta adalah penyelengara pemilu se-Kab. Toraja Utara.
Prof. Muhammad menyampaikan apresiasi atas digelarnya acara tersebut. Menurutnya, selama 11 tahun menjadi penyelenggara pemilu atau dalam catatan hidupnya yang sudah hampir memasuki usia 50 tahun, hari ini adalah hari yang paling istimewa.
“Hari ini adalah hari yang paling istimewa, hari yang berbahagia dan mengharukan karena saya hadir di hadapan orang-orang terhormat, masyarakat Toraja Utara dengan menggunakan baju adat kebesaran. Ukuran baju yang pas menunjukkan cerdasnya orang-orang Toraja Utara”, Muhammad mengawali sambutannya.
Menurut Muhammad meskipun dia berada di Jakarta dan baju adat kebesaran ini dijahit di Toraja Utara, meski tanpa diukur namun ukurannya sangat pas. “Seperti yang anda lihat baju ini pas sekali, tidak sampai longgar. Ini istimewa karena menunjukkan cerdasnya orang Toraja Utara”, kata Muhammad.
“Tukang jahitnya saya cerdas, bagaimana dengan penyelenggara pemilunya, calon bupati dan wakil bupatinya, polisi dan jaksanya? Bagaimana masyarakat Toraja? tukang jahitnya saja cerdas meski tidak diukur tidak diukur namun pas. Ini luar biasa”, ulangnya disambut tepuk tangan peserta launching.
“Saudara-saudara DKPP tugasnya itu sedikit saja. Kali ini DKPP ingin menjadi Malaikat Ridwan yang menjaga surga. Mengantarkan penyelenggara pemilu ke surga. Kalau dulu, ‘pecat…pecat…pecat’, sekarang ini yang dipecat tinggal sedikit. Yang tidak bisa menjaga kehormatannya, independensinya, tidak netralitasnya dan pendiriannya yang akan dipecat jika terbukti melanggar kode etik”, katanya.
Dalam catatan Prof. Muhammad saat dia menjadi penyelenggara di Provinsi Sulsel kemudian di Bawaslu RI , Kab. Toraja Utara tidak banyak masalah. “Hanya satu masalah yakni terkait politik uang dan sayangnya masalah itu berulang.
“Nah Saya mau di tempat yang istimewa ini kita berkomitmen. Bahwa masalah yang masih tersisa sedikit saja yang menciderai harmonisnya integritas masyarakat di Toraja Utara kita bisa selesaikan. Hari ini masih ada yang pakai kita pakai politik uang? Masa sih nilai suara yang sangat murni mau diganjar 50 ribu terlalu murah suara kita, 300 ribu? tidak ada nilainya satu suara dengan nilai rupiah berapa pun juga. Saya percaya masyarakat di Toraja Utara ini bisa memberi contoh kepada daerah lain”, jelasnya.
Menurut Prof. Muhammad, untuk memastikan agar Pilkada berintegritas dan bermartabat ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama peserta pemilu yakni calon bupati dan wakil bupati bersama tim suksesnya tim kampanye harus berintegritas. Kedua adalah pemilihnya. Jangan lagi ada di kampung-kampung ada tulisan ‘Masyarakat Di Kampung Ini Siap Menerima Serangan Fajar’. Ketiga penyelenggara pemilu baik KPU dan Bawaslu sebagai wasit.
“Wasit itu pasti hanya ada satu orang. Harus lebih cerdas, lebih berintegritas. Kalau Pemain boleh banyak. Pemain biasanya targetnya menang. Kadang-kadang dengan cara-cara yang tidak bermartabat, tapi wasit kalau dia tidak netral maka ‘sakitnya tuh di sini’, terasa sekali dan dampaknya bisa meluas”, katanya lagi.
Berikutnya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN). “Anda adalah alat negara, posisi anda terhormat di tengah-tengah jadi tidak ke kiri atau ke kanan. Ada atau tidak ada petahana d Toraja Utara ini bukanlah urusan KPU, Bawaslu atau DKPP. Menjadi urusan ketika KPU Toraja Utara telah menetapkan calon, maka perlakuan penyelenggara harus sama. KPU dan Bawaslu Toraja Utara harus memperlakukan sama walaupun calon itu berasal dari petahana. Senyum kepada petahana harus sama lebarnya dengan senyum kepada yang bukan petahana”, pungkas Muhammad. [Humas DKPP]