Semarang, DKPP – “Pemimpin yang
baik itu seperti guru. Tidak membiarkan muridnya masuk jurang sendiri, tidak
bisa begitu. Maka ada istilah bahasa Inggris, “good leaders must know the way, shows
the way and goes the way, jadi pemimpin yang baik itu dia harus tahu jalan, harus
menunjukkan jalan dan dia pun jalan di jalan itu,†tutur Prof. Jimly.
Guru itu tidak
lain adalah pemimpin. Guru artinya digugu dan ditiru, pemimpin juga harus
seperti itu. Pemimpin jangan dia tahu jalan dan menunjukkan jalan tapi
dia tidak jalan di jalan itu, tetapi lewat jalan lain. Itu bukan pemimpin dan juga
bukan guru. Jadi knows the way, shows the way dan goes the way, that’s a good
leader, demikian menurut Ketua DKPP.
“Ada istilah filsafat
Cina, yang artinya jika ada tiga orang yang bepergian maka satu di antara
mereka pasti guru. Ini ada hubungan dengan
hadist nabi yang mengatakan jika ada tiga 3 orang yang bepergian satu di antaranya
adalah pemimpin. Jadi saudara-saudara pemimpin itu dalam bahasa saya,
dibandingkan antara hadist nabi dan filsafah Cina, ini sebetulnya mirip. keduanya
merupakan rekaman peradaban
kemanusiaan dalam sejarah, kemuliaan kemanusiaan dalam sejarah, maksudnya pemimpin
itu harus seperti guru,†urai Prof. Jimly.
Dalam paparannya
soal kepemimpinan pendiri Jimly law School ini mengatakan bahwa antara sistem
dan orang ini kedua sama penting. Bahkan dalam hadist nabi di dalam doa jika
kita mendengar Alquran dibaca, kata-kata dalam doa yang berbunyi “ya Allah
jadikanlah Alquran sebagai imam bagi kami. Jadi imam itu bukan Nabi Muhammad
SAW, beliau itu adalah uswatun khasanah, contoh. Sedangkan yang disebut imam
itu sistem nilai, sistem aturan. Sama
seperti prinsip modern, Rule Of Law Not Of Man. Dalam konteks praktek
bernegara, orang dan sistem harus dibangun bersamaan. Keduanya mesti baik.
“Dalam sistem yg hendak kita bangun di
Indonesia, kita jangan terlalu terpaku kepada tokoh-tokoh, kultus individu
apakah itu presiden, menteri, gubernur. Mereka itu hanya wayang. Seandainya dia
efektif bekerja, maka dia dijadikan contoh nah kita ikut, tapi seandainya tidak
dapat dijadikan sebagai contoh teladan, jangan diikuti. Tidak ada
keharusan kita taat pada atasan kalo atasannya itu melanggar hukum,†tegas dia.
“Dan atasan pun
kata cak lontong, jangan terlalu bangga. Atasan itu kalo di Pasar Senen 50 ribu
dapat tiga. Nah kalo bawahan 10 rebu dapat. Jadi gak usah terlalu bangga jadi
atasan kalo tidak bisa menjadi contoh dan tauladan,†canda Prof. Jimly yang disambut
tawa seisi ruangan.
Mantan Ketua MK RI ini mendorong mahasiswa agar
tidak perlu kuatir karena sebenarnya diri kita semua adalah pemimpin. Siapa saja yang menjadi
atasan kita contohlah dia jikalau dia dapat menjadi teladan kita, jika
dia menaati sistem nilai, dan sistem aturan. Jika semua generasi muda
organisasi pemuda mahasiswa punya cara pandang yang sama tentang pemimpin
dan kepemimpinan, kehidupan kita Insya Allah akan maju.
Prof. Jimly hadir
di Universitas Diponegoro Semarang sebagai narasumber seminar Nasional yang
diselenggarakan oleh Youth Intellectual Conference and Woman National Conference
2015 (YICWNC), Minggu 11/10. [Diah Widyawati_4]