Jakarta, DKPP- Pengamat Politik Burhanudin Muhtadi mengungkapkan ancaman terbesar dalam sistem demokrasi saat ini ialah adanya money politics yang sangat masif. Hal tersebut disampaikan Burhanudin saat menjadi narasumber dalam acara DKPP Outlook 2015 : Refleksi dan Proyeksi, yang diselenggarakan hari ini, Kamis (18/12) di LAN, Jakarta.
Menurut Burhanudin, money politics tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai hal, salah satunya karena diberlakukannya sistem proporsional terbuka.
Dalam sistem proporsional terbuka terjadi persaingan yang sangat ketat antar calon, karena dalam sistem ini voters memilih langsung calon pilihannya. “Akibatnya, jual beli suara pun terjadi, tidak hanya kepada voters, tetapi godaan money politics ini juga terjadi kepada penyelenggara Pemilu,†katanya.
Selain itu, dalam kesempatan ini pria yang juga direktur Indikator Politik ini juga memuji Pemilu di Indonesia. Karena, Indonesia adalah satu-satunya negara dengan penduduk padat di dunia yang mampu menyelenggarakan Pemilu serentak dalam satu hari. “Jumlah pemilih yang sangat besar sekitar 200juta, dengan peserta Pemilu mencapai ribuan peserta, namun dapat diselenggarakan secara serentak, ini sangat luar biasa,†katanya.
Terkait pandangannya terhadap kinerja DKPP, ia mengaku sependapat dengan Prof. Jimly Asshiddiqie. “untuk kinerja DKPP, saya sami’na wa ato’na dengan Prof Jimly,†tambahnya.
Selain Burhanudin Muhtadi, Ketua KPU RI Husni Kamil Manik, Ketua Bawaslu RI Muhammad, Pengamat Komunikasi Politik Heri Budianto, juga sebagai narasumber dalam acara ini. Acara ini dihadiri oleh perwakilan partai politik, organisasi massa, akademisi dan mahasiswa, media, dan seluruh anggota Tim Pemeriksa Daerah se-Indonesia. (sdr)