Palembang, DKPP- Ketua DKPP Prof Jimly Asshiddiqie, Jumat (2/12), menjadi pembicara utama (keynote speaker) dalam seminar internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah, Palembang, Sumatera Selatan. Di kota dengan sebutan Bumi Sriwijaya tersebut, Prof Jimly mengingatkan pentingnya membangun peradaban bangsa.
Di sini pernah lahir peradaban besar pada masa kerajaan Sriwijaya. Penting sekali untuk membangun peradaban dengan membaca sejarah, terang Prof Jimly.
Seminar ini mengambil tema The Dinamics of Malay Islamic Word in Responding to Cintemporary Global Issues. Sebagai Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Prof Jimly turut prihatin atas perkembangan dunia Islam saat ini. Konflik di Timur Tengah, menurutnya, berdampak luas bagi dunia Islam di seluruh dunia termasuk di Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim terbesar.
Sulit membayangkan, sampai kapan konflik di Timur Tengah itu selesai. Jangan anggap sepele, saat ini di mana-mana Islam ditakuti. Isu radikal itu lahir akibat konflik di dunia, ungkapnya.
Untuk konteks Indonesia, guru besar Universitas Indonesia ini meminta semua pihak tanggap atas isu-isu yang berkembang di masyarakat. Dunia pendidikan bisa menjadi penangkal dari isu-isu internasional yang dapat merusak peradaban bangsa. Menurutnya, yang paling penting dikembangkan di dunia pendidikan adalah aspek pendidikan karakter.
Mari kita didik siswa soal karakter, soal akhlak, etika. Rasul pun diutus untuk memperbaiki akhlak, jadi akhlak sangat penting, tutur dia.
Prof Jimly optimistis, pendidikan karakter akan mampu menggerakkan roda peradaban bangsa Indonesia. Indonesia dengan segala kelebihannya bisa menjadi pusat peradaban dunia. Dulu, Timur Tengah pernah menjadi pusat peradaban sebelum kemudian pindah ke Eropa dan Amerika Serikat. Ke depan, kata Prof Jimly, peradaban akan pindah ke Asia.
Apa kelebihan kawasan ini. Ini kawasan yang kompleks. Boleh percaya atau tidak. Ini mungkin legenda. Plato menyebut sebagai Atlantis yang hilang (the lost Atlantis), katanya.
Penelitian di Indonesia oleh para ahli geologi dunia juga menyatakan di Melayu banyak patahan hasil ledakan yang membentuk ribuan pulau. Ini menggambarkan, Indonesia dulu merupakan daratan yang besar. Kemungkinan besar, menurut Prof Jimly, Melayu sebelumnya adalah sebuah benua. Indikasinya dapat dilihat dari warna air laut yang biru kalau diteropong dari atas. Warna biru menandakan sebagai laut dangkal.
Jadi jangan berpikir kerdil. Penting sekali membaca peradaban dengan sejarah. Bukan untuk romantisme, tapi untuk memacu masa depan, ujarnya. (Arif Syarwani)