Pekanbaru,
DKPP – Ketua DKPP, Prof. Jimly Asshiddiqie, didaulat mengisi kuliah umum di
Universitas Lancang Kuning (Unilak) Provinsi Riau dengan tema Pemilukada dan Penyelesaian
Sengketa Pemilukada pada Sabtu (21/5).
Mengawali
kuliahnya, dihadapan mahasiswa Magister Ilmu Hukum Unilak ini, Prof. Jimly
menyatakan kebanggaaannya terhadap perkembangan yang terjadi di Riau. Perkembangan
yang begitu cepat ini tentunya harus ditopang oleh infrastruktur sosial yang
berisi orang-orang yang bekerja canggih dan efisien sesuai dengan tuntutan
perkembangan.
“Kualitas
Sumber Daya Manusia di Riau memerlukan road
map yang tepat, sehingga kualitas Sumber Daya Alam terkelola dengan baik
oleh SDM yang bermutu. Apalagi Riau ini sebagai pusat peradaban Melayu yang
harus dijaga dalam jangka panjang, jangan larut dengan perkembangan ekonomi
yang cepat. Makin terintegrasi dengan ekonomi luar, tapi manusianya hanya sekedar
pelengkap. Itulah yang menjadi bahayanya,†ungkapnya.
Oleh
karena itu, perkembangan kualitas pendidikan tinggi terutama di Unilak ini harus
terus ditingkatkan.
“Sebab,
belajar itu tidak ada habis-habisnya. Hingga saat ini pun, saya masih terus
belajar. Jangan dikira saya berhenti, saya terus membaca dan menulis. Sambil
bekerja, saya menulis buku terus,†tegasnya.
Semua
yang kita kerjakan, lanjutnya, jadikanlah sebagai library, sebagai laboratorium,
kita belajar disitu, apalagi perpustakaan gratis semua lewat internet, kita
bisa baca, mengecek pendapat dan penilaian orang lain dari situ. Kita bisa mengembangkan
kajian yang menjadi pusat perhatian kita, mengenai konstitusi, atau apa saja.
“Mari
di era zaman baru dengan segala fasilitas ICT (Information and Communication Technology) yang terbuka begini, kita buat kegiatan
yang aktif saja, dengan belajar, berdebat, berdiskusi, dan menulis, dan itulah sebetulnya
yang menjadi kerja intelektual,†tambahnya.
Akan
halnya mengenai pemilihan kepala daerah, menurut Guru Besar Hukum Tata Negara
Universitas Indonesia ini, hakekatnya sama, sambil bekerja sambil belajar
karena pemilukada ini tergolong rumit. [Nur Khotimah]