Jakarta, DKPP- Adanya dua klaim pemenang
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 versi hitung cepat (quick count) membuat Ketua Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie angkat bicara. Menurut
Jimly, hasil hitung cepat tersebut bukanlah hasil final. Apalagi, kedua kubu,
baik Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK sama-sama mengklaim menjadi pemenang.
“Pemilu
ini kan jelas mekanismenya. Lembaga yang paling punya otoritas untuk menentukan
siapa pemenang Pilpres adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kedua kubu saat ini
lebih baik saling menahan diri. Jangan buru-buru menggelar syukuran
kemenangan,†tutur Jimly saat wawancara dengan
TV One di Kantor DKPP, Jakarta, Kamis (10/7).
Seperti
diketahui, hasil resmi KPU baru diumumkan pada 22 Juli mendatang. Dengan waktu
yang masih ada, Jimly mengingatkan agar kedua kubu lebih baik mengawal
perolehan suara masing-masing. Bagi Jimly, masih ada beberapa tahapan yang
harus dijalankan pascapemungutan 9 Juli kemarin, seperti rekapitulasi tingkat
desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat.
“Fokus
saja mengawal suara. Dari tahap demi tahap, kedua kubu harus menyiapkan saksi
secara maksimal agar suara jangan sampai hilang,†tegas Jimly.
Kalaupun
nanti memang ada persoalan dalam semua tahapan, kata mantan Ketua MK ini, ada
beberapa mekanisme yang dapat ditempuh. Kalau terkait prose dapat dilaporkan
Bawaslu. Terkait hasil dapat diselesaikan di Mahkamah Konstitusi. Sementara,
jika terkait pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu, maka penyelesaiannya
di DKPP.
“Jangan
sampai gara-gara ini bangsa terpecah. Bulan Ramadhan sebaiknya dijadikan
momentum untuk saling menahan diri. Kalaupun ada ketegangan, anggap saja itu
sebagai bagian dari dinamika berdemokrasi kita. Secara pribadi sih, saya
berharap tidak akan ada masalah setelah Pilpres ini,†ujarnya. (as)