Jakarta, DKPP – Ketua
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Prof. Jimly Asshiddiqie
mengenalkan kepada guru-guru di bawah Lembaga Pendidikan Al Ma’arif Nahdlatul
Ulama dalam acara Sosialisasi Penegakan Kode Etika Penyelenggara Pemilu dengan
tema Menegakkan Etika Berbangsa dan Bernegara di Jakarta, Rabu (23/12).
Menurut Jimly, Rasulullah diutus tujuan utamanya adalah mengubah perilaku
umat manusia. Agar manusia itu beretika atau beradab. Etika kali pertama
ditulis dalam dunia kesarjanaan pada abad kesembilan. Yaitu, dalam
bidang kedokteran yang ditulis oleh Al Ruhawi dalam Kita Adab Al
Tabib. Dalam bahasa Inggris Adab Al Tabib diterjemahkan
menjadi Medical Ethics. “Buku ini menjadi rujukan-rujukan
dokter-dokter modern. Buku ini menjelaskan adab atau etika seorang dokter,â€
katanya.
Kemudian, etika ini mengalami perkembangan yang luar biasa. Semua
negara-negara modern memiliki undang-undang etika termasuk
organisasi-organisasi modern. “Semua negara membuat infrasturktur etika,â€
katanya.
Perkembangan etika ini tidak lepas dari tidak berfungsinya sistem hukum.
Segala permasalahan tidak bisa diselesaikan dengan hukum. Sanksi hukum adalah
penjara. Pada praktiknya, penjara tidak bisa membuat orang menjadi jera.
Penjara mengalami over capacity di mana-mana. Bahkan penjara
menjadi school of crime. “Hukum tidak terbukti bisa
mengubah perilaku,†katanya.
Sementara itu, Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj mengatakan,
berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia tidak lepas dari peran ulama.
Ulama yang berjiwa nasionalis seperti KH Hasyim Ashari. Bila ulama tidak
memiliki jiwa nasionalis, sebuah bangsa sulit untuk dipersatukan. Contoh paling
kecil seperti Afganistan dan Maroko. “Kedua negara itu hanya satu mazhab
Afganistan Hanafi, Maroko Maliki. Kondisi di dua negara tersebut saling
berperang,†katanya. [teten jamaludin]