Jakarta, DKPP – Buku “Integritas Penyelenggara Pemilu” karya Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Heddy Lugito dinilai menggambarkan imajinasi dan visi Indonesia yang lebih baik.
Hal ini diungkapkan oleh wartawan senior Rikard Bagun dalam kegiatan Bedah Buku Integritas Penyelenggara Pemilu di Jakarta, Senin (18/12/2023).
“Dia (buku Integrasi Penyelenggara Pemilu, red.) menampilkan visi dan imajinasi Heddy Lugito tentang indonesia yang lebih baik lewat pemilu yang jujur, transparan, dan kredibel,” kata Rikard yang menjadi penanggap dalam bedah buku ini.
Selain itu, ia juga memuji Heddy Lugito karena telah memberikan pemahaman yang baik tentang politik praktis yang baik.
Menurut Rikard, politik memang penting tapi bukan segalanya karena dia harus menjaga nilai-nilai etika dan moralitas, bukan sekedar perebutan kekuasaan.
Karenanya, ia pun menyebut Integritas Penyelenggara Pemilu sebagai buku yang menceritakan nilai-nilai baik dan mengajak mencegah kemungkaran.
“Saya melihat Bung Heddy dengan referensinya yang mendalam, mengajak kita untuk bersetia pada suara hati dan nurani,” ucapnya.
Lebih lanjut, mantan Pemimpin Redaksi Harian Kompas ini memuji buku Integritas Penyelenggara Pemilu sebagai buku yang tidak hanya berpengaruh untuk kepemiluan, akan tetapi akan memiliki pengaruh yang jauh ke depan.
“Karena buku memiliki kekuatan untuk melampaui batas waktu dan ruang. Saya kira buku ini memiliki kekuatan itu,” terang Rikard.
Dalam kegiatan bedah buku ini, terdapat tiga penanggap. Selain Rikard, dua penanggap lain adalah budayawan Romo Benny Susatyo dan Ketua Umum Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Alfitra Salamm.
Bedah buku Integritas Penyelenggara Pemilu ini juga diikuti oleh Ketua DKPP Heddy Lugito, dua Anggota DKPP, J. Kristiadi dan I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, Sekretaris DKPP David Yama, Ketua KPU Hasyim Asy’ari, dan Ketua Bawaslu Rahmat Bagja.
Sementara Romo Benny Susatyo menyebut dimensi etik dalam buku Integritas Penyelenggara Pemilu sangatlah bagus karena terdapat rasa keadilan publik.
Menurutnya, keadilan publik adalah esensi dari etika atau kepatuhan terhadap norma. Keadilan publik, disebut Romo Benny, dapat diukur dengan tabula rasa atau kemampuan seseorang untuk melihat hal yang baik atau buruk, pantas atau tidak pantas.
“Lha problemnya kepatuhan pada etik kita rendah karena penghargaan kepada martabat manusia kita rendah,” ungkap Romo Benny.
Senada dengan Rikard, Romo pun memuji buku Integritas Penyelenggara Pemilu berpotensi tidak hanya sebatas buku biasa. Menurutnya, narasi-narasi dalam buku ini harus menjadi kekuatan mantra yang memiliki daya magis untuk mengembalikan posisi etika dalam kehidupan bangsa dan negara.
“Ketika dia jadi mantra, dia harus menjadi daya magis yang dikatakan Walter Benjamin sebagai daya perlawanan,” tegasnya.
Ia pun berpesan agar buku ini disebarkan dengan massive untuk membangkitkan keberanian seluruh penyelenggara Pemilu agar senantiasa mempedomani etika dalam menjalankan tugasnya.
“Tanggung jawab Integritas Penyelenggara Pemilu adalah bagaimana buku ini tidak hanya sekedar sebatas goresan pena, tapi juga menjadi goresan di hati kita,” ungkap Romo Benny.
Sementara Alfitra Salamm menyebut buku Integritas Penyelenggara Pemilu harus menjadi momentum agar masyarakat lebih mengetahui tentang DKPP.
Menurut Alfitra, DKPP harus lebih dikenal masyarakat luas. Hal ini menurutnya dapat menekan pelanggaran yang berpotensi dapat mengganggu jalannya Pemilu berintegritas.
“Saya kira ini DKPP memang harus diperkuat, saya setuju sekali,” ujar Anggota DKPP periode 2017-2022 ini. [Humas DKPP]